PEMBIASAAN SHOLAT BERJAMAH DI SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF
KEIMANAN
Oleh Sukarji,M.Pd (KKG Bungah Timur)
A. Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri ,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana,
ini berarti pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara
asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan
guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu.
Proses pendidikan yang terencana itu
diarahkan untuk mewujudkan proses pembelajaran, hal ini mestinya pendidikan
tidak boleh mengesampingkan proses pembelajaran. Pendidikan tidak semata-mata mengejar
suatu nilai/hasil, tetapi lebih dari itu.
Wina Sanjaya (2008;3), akhir dari proses
pembelajaran adalah kemampuan peserta didik memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, Ini berarti proses pembelajaran berujung pada
pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan
keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Ketiga aspek ini harus berkembang
secara harmonis serasi dan selaras .
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan
Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu pembelajaran yang mengembangkan
sikap peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjadi manusia yang memiliki disiplin tinggi , dan
memiliki nilai-nilai moral tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga
menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap makhluk Allah yang ada di muka bumi ini
salah satunya adalah pembelajaran melalui pembiasaan sholad berjamaah di
sekolah.
Pembiasaan merupakan bagian penting dalam
tahapan peserta didik untuk mulai bersosialisasi, berinteraksi sosial di
lingkungan sekolahnya, di mana mula-mula mengembangkan keterampilan hidupnya
yang masih bergantung pada faktor eksternal. Oleh karena itu peran guru sebagai
pengganti orang tua yang berada di sekolah sangat dibutuhkan dalam
mengembangkan pembiasaan berperilaku yang dikehendaki (misalnya disiplin,
tertib, menghargai sesama, dan mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan) melalui
contoh dan tindakan nyata .
Lingkungan sekolah mempunyai tanggung jawab
sangat penting setelah keluarga untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat
menampilkan totalitas pemahaman ke dalam kehidupan sehari-hari baik di
keluarga, di sekolah, dan di lingkungannya.Hal ini sesuai dengan fungsi dan
tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
Kenyataan di lapangan pembelajaran pembiasaan
yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah khususnya di sekolah dasar belum
digarap secara serius dan sungguh-sungguh, bahkan hanya sekedar memenuhi
tuntutan kurikulum yang diberlakukan di suatu lembaga tersebut, sehingga apa
yang menjadi dambaan para wali murid belum menjadi kenyataan, lebih parahnya
pembiasaan belum berdampak pada pengembangan
potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri ,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara seperti yang
diamanatkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembiasaan belum dipahami secara utuh oleh
sebagian guru sebagai agen pembelajaran sehingga dalam praktiknya, pembiasaan
dinomorduakan setelah pembelajaran mata pelajaran yang di UASBN kan.
Berdasarkan fenomena uraian pada latar belakang di atas maka penulis
mencoba untuk menuangkan gagasan/ide tentang peningkatan mutu pembiasaan di
sekolah dasar dengan judul “Peranan sholad berjamaah di sekolah dalam
meningkatkan cinta lingkungan sekolah.”
B. Ruang lingkup Pembahasan
Ruang
lingkup penulisan artikel ini adalah membahas peranan Sholat berjamaah di sekolah
dalam meningkatkan cinta lingkungan sekolah.
C. Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah:
Memberikan gagasan/ide tentang peranan sholat berjamaah di sekolah
dalam meningkatkan cinta lingkungan sekolah.
D. PEMBAHASAN
Kegiatan
pembiasaan adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru
baik di dalam kelas maupun di luar kelas, guru yang mempunyai fungsi ganda
dalam tugas pokoknya tidak hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran tetapi
lebih dari itu yakni sebagai fasilitator, instruktur, kenselor, media, dan
sumber belajar.
Secara lebih rinci
tugas guru seperti yang ditulis oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (204:104)
menyatakan bahwa ;
- Mendidik anak
dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik
jangka pendek maupun jangka panjang.
- Memberikan
fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
- Membantu
perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri.
Pendapat tersebut di
atas sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang mengamanatkan bahwa
pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdskan bangsa.
Pembiasaan (habituation) merupakan proses
pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis
melalaui proses pembelajaran yang berulang-ulang.(http://www.scrib.com/2011/02/09).
Sikap dan perilaku
yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Perilaku relatif
menetap.
b.
Pembiasaan umumnya
tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi misalnya untuk dapat
mengucapkan salam cukup fungsi berpikir mengingat atau meniru saja.
c.
Kebiasaan bukan
sebagai hasil proses kematangan tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman
belajar.
d.
Perilaku tersebut
tampil berulang-ulang sebagai respon terhadap stimulus yang sama.
Dengan demikian
setiap individu senantiasa ditantang untuk terus selalu belajar untuk dapat
menyesuaikan diri sebaik-baiknya.Untuk merencanakan pembiasaan yang berjudul
“Peranan Sholat berjamaah di Sekolah dalam Meningkatkan Cinta Lingkungan
Sekolah” perlu dikemas dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan
tujuan.
Adapun
langkah-langkah pembahasan dalam melaksanakan pembiasaan tersebut terdiri dari
beberapa tahapan antara lain:
1. Perencanaan
Perencanaan
menghasilkan suatu rencana berupa dokumen yang mengandung rumusan tujuan,
masalah dan sumber. alternatif tindakan dan kriteria keberhasilan. Suatu
rencana umumnya belum siap untuk diimplemtasikan. Agar rencana tidak
menimbulkan kesulitan bagi para pelaksana, suatu rencana masih perlu
dielaborasi sehingga menjadi lebih operasional. Kegiatan penjabaran rencana
menjadi lebih operasional ini disebut "programming"
yang hasilnya disebut program. Persyaratan dalam membuat rencana, yaitu :
- Suatu rencana harus memiliki tujuan yang jelas;
- Kegiatan serta urutan pelaksanaan kegiatan harus jelas;
- Sederhana dalam isi dan bentuk, praktis dan dapat
dilaksanakan;
- Harus bersifat lentur agar dapat dimodifikasi sesuai dengar
kebutuhan;
- Tersedianya sumber-sumber yang dipergunakan dalarr pelaksanaan rencana itu.
Handoko
dalam http://achmad
sudrajat/2009/11/11 menjelaskan bahwa, terdapat empat tahap dalam
perencanaan, yaitu: (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b)
merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan
hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian
tujuan. Tanpa adanya perencanaan yang
baik keberhasilan dalam mencapai tujuan sulit dicapai secara maksimal.
Sugiono,dkk (2004:85) menjelaskan bahwa, perencanaan merupakan
salah satu langkah yang amat penting dalam proses mempersiapkan seperangkat
keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada
suatu kurun waktu
tertentu dan mengenai
cara melaksanakan-nya untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap organisasi termasuk
sekolah mutlak perlu
menyusun perencanaan. Kegunaan rencana
yang telah terususn dengan baik meliputi:
- Dapat memberikan petunjuk atau arah kepada pelaksanaan
kegiatan pembiasaan yang akan dilakukan
- Dapat menjadi acuan untuk melakukan monitoring terhadap
kemajuan dan pelaksnaan pembiasaan tersebut
- Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan usaha yang dilakukan
sekolah
- Dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengawasan,
pengendalian bahkan juga penilaian.
- Dapat menjadi media pembaharuan atau inovasi.
2. Pengamalan
Pengamalan sering didefiniskan sebagai proses
menunaikan kewajiban, tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Pada kegiatan
pengamalan ini peserta didik diajak untuk belajar sambil berbuat, hal ini
sesuai dengan salah satu pilar penting dalam pendidikan yang ditetapkan oleh
UNESCO (1996), yang berbunyi (Learning to
do) yaitu belajar sambil berbuat dan belajar sambil mengalami. Jelas sekali
bahwa pada tahapan ini peserta didik tidak hanya belajar mendengar saja tetapi
lebih dari itu yaitu peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan yang akan
menjadi bekal hidupnya di masa mendatang.
Pembiasaan sholat berjamaah di sekolah merupakan
kondisi riel sebagai bentuk sosialisasi antar peserta didik dalam membentuk
komunitas hidup bersama dalam prinsip kebersamaan, kekeluargaan, kesejajaran,
kemitraan, dan kerjasamanya yang dilandasi oleh kasih sanyang dan kepercayaan
satu sama lain (learning to live together)
dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari sekolah. Aturan yang
diterapkan dalam proses pembiasaan ini sebagai berikut;
a. Setiap peserta didik yang akan menunaikan sholat
diwajibkan wudlu,(kegiatan wudlu yang dilakukan peserta didik harus dibarengi
dengan membawa ember kecil untuk menampung air wudlu yang terbuang).
Selanjutnya air wudlu yang sudah ditampung diberikan kepada peserta didik/siswa
lain untuk disiramkan pada tanaman di lingkungan sekolah
b. Peserta didik/siswa yang telah menyiram air wudlu
dengan ember kecil selanjutnya berhak mengambil air wudlu sebagai antrian ke
dua, begitu seterusnya, sehingga kegiatan ini akan dikerjakan dengan aturan dan
antrian yang jelas sampai semua peserta didik melakukan hal yang sama.
c. Kegiatan tersebut dievaluasi oleh guru atau seorang
imam dengan memberikan tanda/kode pada lembar pengamatan (lembar pengamatan
terlampir)
3. Lingkungan/Sanitasi
Kegiatan pembiasaan secara berulang-ulang ini
dilakukan ternyata membawa dampak yang sangat baik bagi tanaman di lingkungan
sekolah, Ini jelas sekali tanaman yang ada di lingkungan sekolah akan tampak subur
meskipun di musim kemarau, karena setiap peserta didik melaksanakan pembiasaan
sholat berjamah, tumbuhan di lingkungan sekolah mendapat siraman air dari
buangan air wudlu siswa.
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HKLI) manyatakan
bahwa kesehatan lingkunagn adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang
ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya
kualitas hidup yang sehat dan bahagia. WHO manyatakan bahwa lingkungan sehat
adalah keadaan yang meliputi kesehatan pisik, mental,dan sosial yang tidak
hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. .(evironmentalsanitation.wordpress.com/2011/01/15).
Menyikapi deskripsi dari HKLI dan WHO tentang lingkungan sehat, maka untuk menjadikan
lingkungan sehat perlu diperjuangkan. Pembiasaan sholad berjamaah di sekolah
yang digagas penulis akan memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan
lingkungan sehat khususnya di sekolah.
Perilaku dan sikap inilah yang perlu dikembangkan di
sekolah-sekolah lain sehingga apa yang menjadi harapan semua pihak bukan
sekedar mimpi di siang bolong.
4. Disiplin
Kegiatan proses pembiasaan ini
akan berdampak positif tidak hanya kepada peserta didik yang telah mau dan
sadar melakukan pembiasaan akibat dari perilaku yang telah terbentuk secara
berulang-ulang, sekaligus akan menumbuhkan sikap disiplin dan cinta lingkungan.
Disiplin adalah kepatuhan untuk
menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk
kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain,
disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
tanpa pamrih. (http://annilasyiva.multiply.com/2009/11/10)
Disiplin adalah kunci sukses, sebab
dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam
usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan
agama dan jauh dari sifat putus asa.
Disiplin diartikan ketaatan pada
peraturan. Disiplin dalam penerapan pembiasaan sholat berjamah bukan tujuan
utama melainkan dampak yang timbul akibat dari pembiasaan ketika anak mengambil
air wudlu yang harus antri menunggu giliran untuk dapat wudlu harus membawa
ember /timba kecil untuk membuang sisa air wudlu begitu seterusnya.
Tidak hanya itu siraman air bekas
wudlu dari setiap peserta didik akan memberikan kebutuhan air bagi kehidupan
makhluk lain seperti tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Dengan
demikian dalam diri peserta didik akan lahir/tumbuh sikap saling menyayangi
terhadap tumbuhan/ makhluk lain yang ada di lingkungan sekolah. Apalagi
Pemerintah Kabupaten Gresik telah memberikan intruksi pembelajaran mulok dengan
pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah dasar
akan terjawab oleh gagasan/ide penulis jika diterapkan dengan
sungguh-sungguh dan konsisten.
Paserta didik/siswa yang telah
memiliki rasa kasih sayang terhadap tumbuhan akan merasa lebih menyayangi
terhadap sesama manusia/individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dengan demikian
diharapkan ke depan akan lahir generasi yang saling menyayangi terhadap ciptaan
Tuhan dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi tidak hanya kepada manusia
tetapi juga kepada makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Gerungan (2004;27), Pada dasarnya,
pribadi manusia tidak sanggup hidup sendiri tanpa lingkungan psikis atau
rohaniyahnya walaupun secara biologis fisologis ia mungkin dapat mempertahankan
dirinya pada tingkat kehidupan.
Sebagai akhir dari proses pembelajaran pembiasaan
peserta didik/siswa akan memiliki bekal untuk hidup di dunia sebagai
pengejawantahan dalam menuntut ilmu dan bekal hidup di akhirat sebagai wujud
pengamalan nilai-nilai keagamaan dan moral yang dilakukan melalui pembiasaan
sholat berjamaah di sekolah. Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU
nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, khususnya tujuan pendidikan nasional ;
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
E. Kesimpulan:
Berdasarkan
hasil pembahasan sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Kegiatan pembiasaan sholat berjamaah di
sekolah akan melahirkan generasi/manusia
yang memiliki disiplin tinggi serta bertanggung jawab terhadap makhluk ciptaan
Tuhan.
2. Pembiasaan
sholat berjamaah di sekolah yang dikelola dengan sungguh-sungguh akan
melahirkan generasi yang cinta lingkungan dan menjadi manusia yang memiliki
kepekaan sosial yang tinggi.
F. Daftar
Pustaka
Abu Ahmadi dan Widodo, 2004, Psikologi Belajar , Jakarta Renika
Cipta
Gerungan, 2004, Psikologi Sosial, Bandung Refika Aditama
Sugiono,
dkk, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan,
Surabaya UNESA.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Wina Sanjaya, 2008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta Kencana Prenada Media Group.
http://achmadsudrajat/2009/11/11
evironmentalsanitation.wordpress.com/2011/01/11.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar