Kamis, 16 Februari 2012

PEMBIASAAN


PEMBIASAAN SHOLAT BERJAMAH DI SEKOLAH DALAM PERSPEKTIF KEIMANAN
Oleh Sukarji,M.Pd (KKG Bungah Timur)

A.   Latar belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri ,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, ini berarti pendidikan di sekolah bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan tertentu.
Proses pendidikan yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan proses pembelajaran, hal ini mestinya pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses pembelajaran. Pendidikan tidak semata-mata mengejar suatu nilai/hasil, tetapi lebih dari itu.
Wina Sanjaya (2008;3), akhir dari proses pembelajaran adalah kemampuan peserta didik memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara,  Ini berarti proses pembelajaran berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan. Ketiga aspek ini harus berkembang secara harmonis serasi dan selaras .
Hal ini sesuai dengan  tujuan pendidikan nasional yaitu Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu pembelajaran yang mengembangkan sikap peserta didik untuk menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjadi manusia yang memiliki disiplin tinggi , dan memiliki nilai-nilai moral tidak hanya kepada sesama manusia, tetapi juga menumbuhkan rasa kasih sayang terhadap makhluk Allah yang ada di muka bumi ini salah satunya adalah pembelajaran melalui pembiasaan sholad berjamaah di sekolah.
Pembiasaan merupakan bagian penting dalam tahapan peserta didik untuk mulai bersosialisasi, berinteraksi sosial di lingkungan sekolahnya, di mana mula-mula mengembangkan keterampilan hidupnya yang masih bergantung pada faktor eksternal. Oleh karena itu peran guru sebagai pengganti orang tua yang berada di sekolah sangat dibutuhkan dalam mengembangkan pembiasaan berperilaku yang dikehendaki (misalnya disiplin, tertib, menghargai sesama, dan mencintai sesama makhluk ciptaan Tuhan) melalui contoh dan tindakan nyata .
Lingkungan sekolah mempunyai tanggung jawab sangat penting setelah keluarga untuk memfasilitasi peserta didik agar dapat menampilkan totalitas pemahaman ke dalam kehidupan sehari-hari baik di keluarga, di sekolah, dan di lingkungannya.Hal ini sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kenyataan di lapangan pembelajaran pembiasaan yang banyak diterapkan di sekolah-sekolah khususnya di sekolah dasar belum digarap secara serius dan sungguh-sungguh, bahkan hanya sekedar memenuhi tuntutan kurikulum yang diberlakukan di suatu lembaga tersebut, sehingga apa yang menjadi dambaan para wali murid belum menjadi kenyataan, lebih parahnya pembiasaan belum berdampak pada pengembangan  potensi peserta didik untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri ,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara seperti yang diamanatkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pembiasaan belum dipahami secara utuh oleh sebagian guru sebagai agen pembelajaran sehingga dalam praktiknya, pembiasaan dinomorduakan setelah pembelajaran mata pelajaran yang di UASBN kan.
Berdasarkan fenomena uraian pada latar belakang di atas maka penulis mencoba untuk menuangkan gagasan/ide tentang peningkatan mutu pembiasaan di sekolah dasar dengan judul “Peranan sholad berjamaah di sekolah dalam meningkatkan  cinta lingkungan sekolah.”
B.   Ruang lingkup Pembahasan
Ruang lingkup penulisan artikel ini adalah membahas  peranan Sholat berjamaah di sekolah dalam meningkatkan cinta lingkungan sekolah.
C.   Tujuan
Tujuan penulisan artikel ini adalah:
Memberikan gagasan/ide  tentang peranan sholat berjamaah di sekolah dalam meningkatkan cinta lingkungan sekolah.  





D. PEMBAHASAN

Kegiatan pembiasaan adalah bagian dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik di dalam kelas maupun di luar kelas, guru yang mempunyai fungsi ganda dalam tugas pokoknya tidak hanya melaksanakan kegiatan pembelajaran tetapi lebih dari itu yakni sebagai fasilitator, instruktur, kenselor, media, dan sumber belajar.
Secara lebih rinci tugas guru seperti yang ditulis oleh Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (204:104) menyatakan bahwa ;
  1. Mendidik anak dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
  2. Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang memadai.
  3. Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan penyesuaian diri.
Pendapat tersebut di atas sesuai dengan fungsi pendidikan nasional yang mengamanatkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdskan bangsa.
Pembiasaan (habituation) merupakan proses pembentukan sikap dan perilaku yang relatif menetap dan bersifat otomatis melalaui proses pembelajaran yang berulang-ulang.(http://www.scrib.com/2011/02/09).
Sikap dan perilaku yang menjadi kebiasaan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.    Perilaku relatif menetap.
b.    Pembiasaan umumnya tidak memerlukan fungsi berpikir yang cukup tinggi misalnya untuk dapat mengucapkan salam cukup fungsi berpikir mengingat atau meniru saja.
c.    Kebiasaan bukan sebagai hasil proses kematangan tetapi sebagai akibat atau hasil pengalaman belajar.
d.    Perilaku tersebut tampil berulang-ulang sebagai respon terhadap stimulus yang sama.
Dengan demikian setiap individu senantiasa ditantang untuk terus selalu belajar untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya.Untuk merencanakan pembiasaan yang berjudul “Peranan Sholat berjamaah di Sekolah dalam Meningkatkan Cinta Lingkungan Sekolah” perlu dikemas dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh  sehingga hasil yang diharapkan sesuai dengan tujuan.
Adapun langkah-langkah pembahasan dalam melaksanakan pembiasaan tersebut terdiri dari beberapa tahapan antara lain:
1.    Perencanaan
Perencanaan menghasilkan suatu rencana berupa dokumen yang mengandung rumusan tujuan, masalah dan sumber. alternatif tindakan dan kriteria keberhasilan. Suatu rencana umumnya belum siap untuk diimplemtasikan. Agar rencana tidak menimbulkan kesulitan bagi para pelaksana, suatu rencana masih perlu dielaborasi sehingga menjadi lebih operasional. Kegiatan penjabaran rencana menjadi lebih operasional ini disebut "programming" yang hasilnya disebut program. Persyaratan dalam membuat rencana, yaitu :
  1. Suatu rencana harus memiliki tujuan yang jelas;
  2. Kegiatan serta urutan pelaksanaan kegiatan harus jelas;
  3. Sederhana dalam isi dan bentuk, praktis dan dapat dilaksanakan;
  4. Harus bersifat lentur agar dapat dimodifikasi sesuai dengar kebutuhan;
  5. Tersedianya sumber-sumber yang dipergunakan dalarr pelaksanaan rencana itu.
Handoko dalam http://achmad sudrajat/2009/11/11 menjelaskan bahwa, terdapat empat tahap dalam perencanaan, yaitu: (a) menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan; (b) merumuskan keadaan saat ini; (c) mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan; (d) mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan. Tanpa adanya perencanaan yang baik keberhasilan dalam mencapai tujuan sulit dicapai secara maksimal.
Sugiono,dkk (2004:85) menjelaskan bahwa, perencanaan merupakan salah satu langkah yang amat penting dalam proses mempersiapkan seperangkat keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan   pada    suatu   kurun    waktu   tertentu   dan    mengenai    cara melaksanakan-nya untuk mencapai tujuan organisasi.
Setiap   organisasi   termasuk   sekolah   mutlak   perlu   menyusun perencanaan. Kegunaan rencana yang telah terususn dengan baik meliputi:
  1. Dapat memberikan petunjuk atau arah kepada pelaksanaan kegiatan pembiasaan yang akan dilakukan
  2. Dapat menjadi acuan untuk melakukan monitoring terhadap kemajuan dan pelaksnaan pembiasaan tersebut
  3. Dapat dijadikan tolak ukur keberhasilan usaha yang dilakukan sekolah
  4. Dapat dijadikan dasar untuk melakukan pengawasan, pengendalian bahkan juga penilaian.
  5. Dapat menjadi media pembaharuan atau inovasi.
2.    Pengamalan
Pengamalan sering didefiniskan sebagai proses menunaikan kewajiban, tugas yang menjadi tanggungjawabnya. Pada kegiatan pengamalan ini peserta didik diajak untuk belajar sambil berbuat, hal ini sesuai dengan salah satu pilar penting dalam pendidikan yang ditetapkan oleh UNESCO (1996), yang berbunyi (Learning to do) yaitu belajar sambil berbuat dan belajar sambil mengalami. Jelas sekali bahwa pada tahapan ini peserta didik tidak hanya belajar mendengar saja tetapi lebih dari itu yaitu peserta didik diajak untuk melakukan kegiatan yang akan menjadi bekal hidupnya di masa mendatang.
Pembiasaan sholat berjamaah di sekolah merupakan kondisi riel sebagai bentuk sosialisasi antar peserta didik dalam membentuk komunitas hidup bersama dalam prinsip kebersamaan, kekeluargaan, kesejajaran, kemitraan, dan kerjasamanya yang dilandasi oleh kasih sanyang dan kepercayaan satu sama lain (learning to live together) dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajari dari sekolah. Aturan yang diterapkan dalam proses pembiasaan ini sebagai berikut;
a.    Setiap peserta didik yang akan menunaikan sholat diwajibkan wudlu,(kegiatan wudlu yang dilakukan peserta didik harus dibarengi dengan membawa ember kecil untuk menampung air wudlu yang terbuang). Selanjutnya air wudlu yang sudah ditampung diberikan kepada peserta didik/siswa lain untuk disiramkan pada tanaman di lingkungan sekolah
b.    Peserta didik/siswa yang telah menyiram air wudlu dengan ember kecil selanjutnya berhak mengambil air wudlu sebagai antrian ke dua, begitu seterusnya, sehingga kegiatan ini akan dikerjakan dengan aturan dan antrian yang jelas sampai semua peserta didik melakukan hal yang sama.
c.    Kegiatan tersebut dievaluasi oleh guru atau seorang imam dengan memberikan tanda/kode pada lembar pengamatan (lembar pengamatan terlampir)
3.    Lingkungan/Sanitasi
Kegiatan pembiasaan secara berulang-ulang ini dilakukan ternyata membawa dampak yang sangat baik bagi tanaman di lingkungan sekolah, Ini jelas sekali tanaman yang ada di lingkungan sekolah akan tampak subur meskipun di musim kemarau, karena setiap peserta didik melaksanakan pembiasaan sholat berjamah, tumbuhan di lingkungan sekolah mendapat siraman air dari buangan air  wudlu siswa.
Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan (HKLI) manyatakan bahwa kesehatan lingkunagn adalah kondisi lingkungan yang mampu menopang ekologi yang dinamis antara manusia dan lingkungan untuk mendukung tercapainya kualitas hidup yang sehat dan bahagia. WHO manyatakan bahwa lingkungan sehat adalah keadaan yang meliputi kesehatan pisik, mental,dan sosial yang tidak hanya berarti suatu keadaan yang bebas dari penyakit dan kecacatan. .(evironmentalsanitation.wordpress.com/2011/01/15).
Menyikapi deskripsi dari HKLI dan WHO tentang  lingkungan sehat, maka untuk menjadikan lingkungan sehat perlu diperjuangkan. Pembiasaan sholad berjamaah di sekolah yang digagas penulis akan memberikan kontribusi nyata dalam menciptakan lingkungan sehat khususnya di sekolah.
Perilaku dan sikap inilah yang perlu dikembangkan di sekolah-sekolah lain sehingga apa yang menjadi harapan semua pihak bukan sekedar mimpi di siang bolong.

4.    Disiplin
Kegiatan proses pembiasaan ini akan berdampak positif tidak hanya kepada peserta didik yang telah mau dan sadar melakukan pembiasaan akibat dari perilaku yang telah terbentuk secara berulang-ulang, sekaligus akan menumbuhkan sikap disiplin dan cinta lingkungan.
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu system yang mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku. Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan tanpa pamrih. (http://annilasyiva.multiply.com/2009/11/10)
Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa.
Disiplin diartikan ketaatan pada peraturan. Disiplin dalam penerapan pembiasaan sholat berjamah bukan tujuan utama melainkan dampak yang timbul akibat dari pembiasaan ketika anak mengambil air wudlu yang harus antri menunggu giliran untuk dapat wudlu harus membawa ember /timba kecil untuk membuang sisa air wudlu begitu seterusnya.
Tidak hanya itu siraman air bekas wudlu dari setiap peserta didik akan memberikan kebutuhan air bagi kehidupan makhluk lain seperti tumbuhan yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Dengan demikian dalam diri peserta didik akan lahir/tumbuh sikap saling menyayangi terhadap tumbuhan/ makhluk lain yang ada di lingkungan sekolah. Apalagi Pemerintah Kabupaten Gresik telah memberikan intruksi pembelajaran mulok dengan pendidikan Lingkungan Hidup di sekolah dasar  akan terjawab oleh gagasan/ide penulis jika diterapkan dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
Paserta didik/siswa yang telah memiliki rasa kasih sayang terhadap tumbuhan akan merasa lebih menyayangi terhadap sesama manusia/individu sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dengan demikian diharapkan ke depan akan lahir generasi yang saling menyayangi terhadap ciptaan Tuhan dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi tidak hanya kepada manusia tetapi juga kepada makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Gerungan (2004;27), Pada dasarnya, pribadi manusia tidak sanggup hidup sendiri tanpa lingkungan psikis atau rohaniyahnya walaupun secara biologis fisologis ia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan.
Sebagai  akhir dari proses pembelajaran pembiasaan peserta didik/siswa akan memiliki bekal untuk hidup di dunia sebagai pengejawantahan dalam menuntut ilmu dan bekal hidup di akhirat sebagai wujud pengamalan nilai-nilai keagamaan dan moral yang dilakukan melalui pembiasaan sholat berjamaah di sekolah. Hal itu sesuai dengan yang diamanatkan oleh UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, khususnya tujuan pendidikan nasional ; untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

E. Kesimpulan:
Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.     Kegiatan pembiasaan sholat berjamaah di sekolah  akan melahirkan generasi/manusia yang memiliki disiplin tinggi serta bertanggung jawab terhadap makhluk ciptaan Tuhan.
2.     Pembiasaan sholat berjamaah di sekolah yang dikelola dengan sungguh-sungguh akan melahirkan generasi yang cinta lingkungan dan menjadi manusia yang memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
F. Daftar Pustaka
Abu Ahmadi dan Widodo, 2004, Psikologi Belajar , Jakarta Renika Cipta
Gerungan, 2004, Psikologi Sosial, Bandung Refika Aditama
Sugiono, dkk, 2004, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya UNESA.
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Wina Sanjaya, 2008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta Kencana Prenada Media Group.
http://achmadsudrajat/2009/11/11
evironmentalsanitation.wordpress.com/2011/01/11.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar